Buat kamu yang sudah mengikuti saya dari lama pasti sudah tau betapa naik turun-nya kehidupan yang saya alami.
Hari ini saya mau cerita kejadian yang saya alami di tahun lalu 2024 dimana saya mengalami PTSD selama 1 bulan.
Kejadiannya sangat sederhana, waktu itu ada kejadian pembunuhan di depan rumah saya. Lebih tepatnya ada dua orang berkelahi menggunakan senjata tajam dan salah satu diantaranya meninggal.
Masalahnya adalah masalah dua orang yang cemburu. Masalah antara seorang suami dan mantan suami. Saya tidak mau menceritakan lebih detail lagi, karena itu adalah aib orang lain.
Tapi pertanyaannya adalah kenapa saya yang tidak ada hubunganya dengan mereka harus kena PTSD?
Apa itu PTSD?
Post-traumatic stress disorder (PTSD) itu adalah kondisi mental yang terjadi setelah seseorang mengalami sebuah kejadian yang menakutkan dalam hidupnya.
Bagi saya menyaksikan pembunuhan sampai berdarah - darah itu adalah satu hal yang sangat langka, bahkan baru tahun kemarin terjadi. Padahal saya hidup di Lampung yang mana disini tempatnya orang - orang yang keras.
Ada banyak kejadian - kejadian pembunuhan ini di banyak tempat, meskipun saya tidak ingin menggambarkan lampung sebagai tempat yang mengerikan seperti itu.
Karena buktinya saya yang lahir dan tinggal di sini selama 30 tahun ini baru sekali mengalami kejadian seperti ini.
Setelah kejadian pembunuhan itu saya membantu memindahkan salah satu anggota keluarga dari tetangga saya ini ketempat lain.
Salah satu anggota keluarga ini sedang sakit yaitu mengalami struk, saya memanggilnya (embah) dalam bahasa indonesia nenek.
Waktu memindahkan nenek dari TKP yang sedang sakit ini, saya mencium aroma bau amis sisa - sisa darah yang sebenarnya sudah dibersihkan.
Aroma bau ini pada akhirnya yang membuat saya stress dan tidak bisa hidup tenang selama sebulan.
Apa yang saya rasakan?
Dua orang yang berkelahi ini sama - sama di kenal sebagai preman. Selama hidup saya jarang sekali saya berteman dengan preman, kebetulan tetangga saya ini dia preman.
Tapi selama ini saya bergaul dengan dia saya melihat dia baik - baik saja. Tidak ada acaman yang saya dapatkan atau semacamnya.
Akan tetapi setelah kejadian ini saya jadi orang yang sangat overthinking setiap kali saya berada di kerumunan melihat orang yang mungkin mukanya agak serem sedikit mirip preman saya jadi takut.
Setiap kali melihat orang yang mirip seperti preman cara berpakaiannya saya akan memiliki pikiran dia tiba - tiba menusuk saya dengan pisau.
Karena memang kejadianya begitu, perkelahian itu menggunakan pisau. Jadi ketika melihat pisau saya akan sangat ketakutan. Sebenarnya sampai sekarang terkadang rasa takut ketika melihat pisau itu kadang masih terjadi.
Tidak bisa fokus
Ini adalah salah satu permasalahan terbesar saya saat dalam masa PTSD ini, setiap hari rasanya gila sekali saya. Tidur tidak bisa nyenyak, badan pegel semua dan pikiran selalu kacau setiap hari.
Ditambah lagi saya bekerja sebagai programmer, saya tidak bisa menggunakan kepala saya dengan maksimal. Ya tidak bisa mikirlah, kalau programmer tidak bisa mikir ya sama saja tidak bisa kerja.
Kita saya membuka laptop dan ingin bekerja otak ini rasanya kosong, ditambah lagi kalau buka text editor tiba - tiba kepala jadi semakin sakit. Saya tidak bisa menjelaskan sakitnya itu seperti apa, tapi nyeri banget seperti di ikat dengan tali yang kenceng banget.
Konsultasi kepada psikolog
Setelah 3 minggu berlalu saya merasa ini tidak bisa dibiarkan untuk terus berlanjut saya memutuskan untuk mencari bantuan profesional. Akhirnya saya berkonsultasi dengan psikolog, waktu itu saya membayar Rp. 350.000 untuk berkonsultasi selama 1 jam.
Saya bisa bayangin ada banyak orang diluar sana yang stress butuh bantuan psikolog tapi harganya mahal, hidupnya akan semakin sulit. Saya bersyukur allah sudah berikan saya rejeki sehingga saya bisa mendapatkan bantuan dari psikolog ini.
Pengalaman berkonsultasi dengan psikolog itu sangat luar biasa sekali, saya jadi mengenali apa yang saya rasakan, apa trigger kepala sakit itu dan bagaimana caranya menghadapi pikiran negatif yang sering datang itu.
Pikiran negatif itu seperti kendaraan yang mau lewat, jika kita menahan kendaraan yang akan jalan energi yang di keluarkan akan semakin besar.
Kalimat itu adalah sebuah kalimat yang saya ingat sekali dari sesi konsultasi selama 60 menit itu.
Kalimat ini jadi mengajarkan saya kalau pikiran negatif itu memang jangan di tahan, bahkan kita harus memberikan dia ruang untuk lewat, misal saya kepikiran akan mati di tusuk orang semua itu ternyata hanya ada di fikiran saya saja.
Jadi ketika fikiran negatif itu datang saya akan menerimanya, kalau misalnya saya harus mati saya akan mencoba menerimanya dengan ikhlas fikiran itu.
Sekarang saya merasa terkadang kita itu seperti pilih kasih dengan fikiran kita. Kadang saya merasa terlalu ingin menjadi orang baik bahkan fikiran negatif saja tidak boleh ada.
Padahal jika kita biarkan pikiran negatif itu datang dia hanya akan lewat, setelah dia lewat dia akan hilang begitu saja. Saya jadi semakin sadar ada lebih banyak fikiran positif dibandingkan pikiran negatif.
Gratitude Journal
Salah satu latihan yang diberikan oleh psikolog saya saat itu adalah saya disarankan untuk menulis gratitude journal yang intinya saya disuruh menulis tiga hal setiap harinya.
Apa yang membuat saya sedih hari ini?
Apa yang membuat saya lakukan hari ini?
Apa yang membuat syukur hari ini?
Menjawab 3 pertanyaan ini setiap hari ternyata dampaknya begitu besar untuk saya, dalam waktu seminggu saya sudah mulai bisa mendapatkan kembali fokus saya itu.
Urutanya memang harus begitu dari sedih sampai bersyukur. Saya rasa ini banyak sekali yang dilupakan banyak orang.
Ada banyak hal yang terjadi dalam kehidupan kita sehari - hari, tapi terkadang kita lupa hal - hal apa saja yang bikin kita sedih dan senang.
Mengakhiri hari dengan mengingat apa yang membuat kita bersyukur hari ini benar - benar membuat hidup ini terasa lebih lega.
Apa hubunganya dengan menulis?
Aku pernah menulis buku 70 halaman dalam waktu satu minggu, waktu itu saya ngobrol dengan istri saya, kok bisa ya saya menulis begitu banyak. Lalu istriku menjawab “berarti isi kepalamu sangat berisik sayang”.
Saya jadi sadar ternyata memang iya, saya memang merasa kalau saya ini orangnya sangat penasaran dengan banyak hal dan kadang rasa penasaran itu membuat kepala saya itu menampung banyak informasi.
Sepertinya memang manusia modern sekarangpun mengalami masalah yang sama, kita ini terlalu banyak mengkonsumsi informasi.
Tapi kadang banyak yang tidak tau bagaimana mengolah informasi itu agar tidak membuat kepala kita pusing.
Menulis menjadi salah satu cara yang paling efektif buat saya. Karena saya sudah menuliskan apa keresahan saya itu saya jadi merasa lebih tenang. Sama seperti gratitude journal yang saya bahas tadi.
Rasa sedih, kecewa dan pikiran negatif itu jadi berkurang ketika saya sudah menuliskannya.
Jadi saya akan mengajak kamu untuk mulai menulis, apa saja yang kamu rasakan tulisan itu tidak perlu di publikasikan. Cukup tulis sebagai catatan pribadi, atau perpustakaan pribadi.
Berikan ruang untuk kamu bersedih, berbahagia dan juga belajar dalam tulisan - tulisanmu.
Cobalah untuk rajin menulis setiap hari minimal 1 - 3 paragraph, saya yakin hidupmu akan jauh lebih nikmat.
Membaca kembali tulisan - tulisan masa kita sedih dan bahagia itu rasanya sangat luar biasa, kadang saya sering senyum - senyum sendiri, kadang saya merasa “ini kok saya terlalu lebai yah…”.